الحمد لله حمدا كثيرا طيّبا مباركا كما ينبغى لكرَمِ وجهِهِ وعِزِّ جلالهُ حَيثُ جَعَلَ مِن مَكَّةَ الْمُكَرَّمَةِ حَرَمًا اَمِنًا وجَعَلَ حَجَّهُ عَلىَ المُسْتَطيعِ فَرضًا لازِمًا سُبحَانَهُ وتَعَالَى لَهُ المُلكُ وَالثّنَاءُ والمِنّةُ ومنهُ تبارك وتعالى التّوفيقُ والهدايةُ والنّعمةُ واشهد أنّ لاإله إلاّالله وحدهُ لاشريك لهُ الّذي أمرَ بحجّ بيتهِ الحرامِ المقدّسِ وأشهدُ أنّ محمّدًا عبُدُه ورَسولُهُُ خَيرُ مَن حجَّ وَاعتَمَرَ , أللهمَّ صَلِّ وَسلِّم علىَ عَبدِكَ وَرَسوُلكَ نبِيّنا محَمَّدٍ وَعلىَ الهِ وَصحَابَتِهِ ومَن تَبِعَهُمْ إلىَ يَوْمِ الدِّين أمّابعد فيَاأيّهاالحَاضِرُون إتَّقواللهَ فَإنَّ التَّقوى سَبابُ الرِّضاهُ.
أأعوذ باللهِ من الشّيطانِ الرَّجِيم بِسم اللهِ الرّحمن الرَّحِيم
Artinya:
Dan orang-orang yang beriman serta beramal shaleh, mereka itu penghuni surga; mereka kekal di dalamnya.
Puji dan Syukur marilah kita panjatkan kehadapan Alloh SWT., Sholawat dan Salam semoga tercurah limpahkan kepada Nabi kita Muhammad SAW., yang memberikan penerangan kepada kita untuk bisa mendekatkan diri kepada Alloh SWT.,
Dalam Al-Quran Surat Al-Faatir : 32 ;
Artinya:
Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri dan di antara mereka ada yang pertengahan dan di antara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah karunia yang amat besar.
Disebutkan ada tiga golongan / tingkatan manusia yang dalam menjalankan ajaran agama, Ketiga golongan itu ialah, Pertama, Dzalim Linafsih orang yang menganiaya dirinya sendiri, yaitu orang yang mengerjakan maksiyat, meninggalkan perintah dan larangan Allah. Kedua, Al-Muqtasid, golongan pertengahan, yaitu orang yang melaksanakan kewajiban dan meninggalkan larangan Allah. Ketiga, Sabiq Bil Khoirot, orang yang berlomba untuk kebaikan, yaitu mereka yang melaksanakan perbuatan, baik yang diwajibkan maupun yang dianjurkan serta meninggalkan larangan, baik yang diharamkan maupun yang makruh.
Golongan Sabiq dan Muqtasid ialah yang dimaksud oleh para wali Allah, seperti disebutkan dalam al-Qur’an : Yunus : 62-63
Artinya:
Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa.
Penggolongan manusia kedalam tiga golongan tersebut, tidak hanya berkenaan dengan pekerjaan badaniyah (‘amalu abdan) tetapi juga termasuk pekerjaan hati (‘amalul qulub). Berkenaan dengan pekerjaan hati terdapat golongan pertengahan dan orang yang berlomba untuk mengerjakan kebaikan, yaitu para wali Allah, sebagaimana juga terdapat orang yang menganiaya dirinya disebabkan oleh pemahaman yang salah terhadap ajaran agama atau karena menuruti hawa nafsu-nya.
Dalam tulisan Ibnu Taimiyyah, yang dimaksud dengan pekerjaan hati adalah meliputi pekerjaan: benar (As-Sidiq), ikhlas, taubat, zuhud, meninggalkan yang tak berguna (Al-Wara’), sabar, syukur, tawakkal, rela kepada Allah (Ar-Ridha), takut (Al-Khauf), mengharap (Ar-Roja), dan cinta kepada Allah (Al-Mahabbah).
Macam-macam pekerjaan hati tersebut tidak lain merupakan, atau sebagian dari, apa yang dikemukakan kaum sufi dalam Al-Maqamat dan Al-Ahwal, yaitu tahapan-tahapan dan keadaan-keadaan rohani dalam mendekatkan diri kepada Allah.
1. Benar dan Ikhlas
Benar (As-Sidiq) yang dimaksud ialah kesungguhan dalam beragama, merupakan ciri yang membedakan orang mukmin dengan orang munafik. Sebagaimana dalan Qur’an Surat Al-Baqarah :10
Artinya:
Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambahkan Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta.
Kesungguhan dalam beragama harus dibuktikan dengan mengerjakan amal kebajikan, sebagaimana dalam firman Allah:
Artinya:
Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah, mereka itulah orang-orang yang benar.
Sedangkan Ikhlas adalah bukti dari keislaman (Tahqiqul Islam). Dengan Islam, yang dimaksud disini ialah menyerahkan diri (istislam) kepada Allah SWT., sebagai lawan dari sombong (al-Kibr) dan menyekutukan Allah (As-Syirik). Menurut Ibnu Taimiyyah Ikhlas ialah :
مَنْ لَمْ يَسْتَسْلِمْ لِلّهِ فَقَدْ اِسَتَكْبَرَ وَمَن اِستَسلَمَ لِلَّهِ وَلِغَيرِهِ فَقَد اشْرَكَ
Artinya:
Barang siapa yang tidak menyerahkan diri kepada Allah maka ia adalah sombong, dan barang siapa yang menyerahkan diri kepada Allah dan kepada selain Allah maka ia telah menyekutukan Allah.
Cara Kaya Menuai Surga
ReplyDelete